Rusia vs Ukraina Terus Memanas, Ini Pemicunya!
Sumber Foto : The Sun/Sindonews.com
Hukum dan Politik

Rusia vs Ukraina Terus Memanas, Ini Pemicunya! 

peristiwa.info – Pemicu perang Rusia-Ukraina kembali menjadi tanda tanya setelah perang meletus antar kedua belah pihak.

Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan telah memerintahkan tentara ke dua wilayah pemberontak di Ukraina Timur yang didukung negaranya, Donetsk dan Lugansk, meski dalihnya “penjaga perdamaian”.

Putin melakukan hal tersebut pasca mengakui kemerdekaan wilayah-wilayah itu dari Ukraina, Senin (21/2/2022) waktu setepat. Ini merupakan “serangan” kedua Rusia setelah mencaplok Krimea dari Ukraina di 2014.

Dilansir BBC, pemicu perang Rusia-Ukraina bermula pada 2013 dimana hubungan Rusia dan Ukraina menegang karena Presiden Ukraina yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych, menolak perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa demi hubungan yang lebih dekat dengan Moskow (Rusia). Akibatnya massa protes hingga Viktor Yanukovych digulingkan dari jabatannya pada 2014.

Pada Maret 2014, Rusia mencaplok Krimea, sebuah semenanjung otonom di Ukraina Selatan dengan loyalitas Rusia yang kuat. Pencaplokan itu dilakukan dengan dalih bahwa Rusia membela kepentingannya dan kepentingan warga negara yang berbahasa Rusia.

Sumber Foto : Foto ilustrasi, Tank T-90 buatan Rusia. (Wikipedia)

Kala itu, ribuan tentara berbahasa Rusia membanjiri semenanjung Krimea. Ukraina dan sebagian besar dunia menyebutnya sebagai hal yang ‘tidak sah’.

Pencaplokan di Semenanjung Krimea juga mendorong pecahnya pemberontakan separatis pro-Rusia selama berbulan-bulan di wilayah Donetsk dan Luhansk, di mana kedua wilayaha tersebut mendeklarasikan kemerdekaan dari Ukraina.

Saat itu, Ukraina dan Barat menuduh Rusia mengirim pasukan dan senjatanya untuk mendukung pemberontak. Rusia membantahnya dan menuduh orang Rusia yang bergabung dengan separatis adalah sukarelawan.

Akibat pemberontak separatis tersebut, lebih dari 14.000 orang tewas. Donbas, jantung industri di Timur Ukraina, hancur akibat pertempuran tersebut.

Pada 2015, Ukraina dan Rusia menandatangani kesepakatan damai di Minsk, yang ditengahi oleh Prancis dan Jerman. Namun kesepakatan damai tercoreng dengan dilanggarnya gencatan senjata berulang kali.

Selain itu, perang Rusia Ukraina juga dipicu oleh keinginan Ukraina untuk bergabung dengan North Atlantic Treaty Organization (NATO). Rusia pun menanggapinya dengan keras, di mana awal pendiriannya bertujuan melawan ancaman ekspansi Rusia pascaperang di Eropa.

Diketahui aliansi tersebut didirikan pada tahun 1949 dan telah berkembang ke 30 negara, termasuk bekas republik Soviet seperti Lituania, Estonia dan Latvia. Aliansi tersebut menyatakan bahwa jika satu negara diserang atau diserang oleh pihak ketiga, semua negara di NATO akan secara kolektif memobilisasi pertahanannya.

Moskow melihat meningkatnya dukungan untuk Ukraina dari aliansi transatlantik pimpinan AS — dalam hal persenjataan, pelatihan dan personel — sebagai ancaman bagi keamanannya sendiri. Moskow juga menuduh Ukraina meningkatkan jumlah pasukannya sendiri dalam persiapan untuk upaya merebut kembali wilayah Donbas, yang dibantah Ukraina.

Presiden Rusia Vladmir Putin juga pernah menyerukan perjanjian hukum khusus yang akan mengesampingkan ekspansi NATO lebih lanjut ke arah timur menuju perbatasan Rusia.

Putin menambahkan bahwa NATO yang mengerahkan senjata canggih di Ukraina, seperti sistem rudal, akan melewati “garis merah” bagi Rusia, di tengah kekhawatiran Moskow bahwa Ukraina semakin dipersenjatai oleh kekuatan NATO.

Pemerintah Ukraina pun dengan tegas menolak larangan Rusia soal keinginan bergabung dengan NATO, karena katanya, Rusia tidak memiliki hak mencegah negara tersebut membangun hubungan yang lebih dekat dengan NATO, jika mau.

Ukraina menegaskan Rusia sedang berusaha untuk mengacaukan negara mereka, di mana Presiden Volodymyr Zelensky, baru-baru ini mengatakan plot kudeta, yang melibatkan Ukraina dan Rusia, telah terungkap.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba memperingatkan bahwa kudeta yang direncanakan dapat menjadi bagian dari rencana Rusia menjelang invasi militer.

Related posts

Leave a Reply

Required fields are marked *