Sejarah di Balik Hari Antinarkotika Internasional
Hukum dan politik

Sejarah di Balik Hari Antinarkotika Internasional 

Peristiwa.online – Di era globalisasi ini, segala macam aktivitas dipermudah dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mutakhir. Namun, arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berjalan dengan pesat juga dapat menimbulkan dampak negatif.

Salah satu permasalahan global yang berjalan beriringan dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi adalah penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba). Tentu saja, hal ini menyebabkan banyak kerugian terutama di bidang kesehatan.

Di Indonesia sendiri, penyalahgunaan narkoba juga masih menjadi momok besar bagi pemerintah. Peredaran obat-obatan terlarang dan narkoba tidak lagi memandang lapisan masyarakat tertentu. Mulai dari masyarakat biasa, artis-artis ibu kota, bahkan pejabat pemerintah pernah terseret di dalam kasus penyalahgunaan narkoba.

Tepat pada hari ini, 26 Juni 1988, menandai 31 tahun diperingatinya Hari Antinarkotika Internasional. Peringatan ini sendiri diinisiasi oleh United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC). Melalui peringatan ini, diharapkan masyarakat secara global dapat tercerdaskan untuk menghindari penyalahgunaan narkoba, melawan penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan penjualan obat-obatan terlarang secara ilegal.

Tapi tahukah kalian, sejarah di balik Hari Antinarkotika Internasional tersebut?

Penetapan Hari Antinarkotika Internasional diinspirasi oleh momen diberantasnya kasus perdagangan opium oleh Lin Zexu (1785-1851). Lin Zexu sendiri adalah seorang pejabat dan filsuf Tiongkok yang hidup pada masa Kaisar Daoguang dari Dinasti Qing.

Lin dikenal karena sosoknya yang vokal dalam menentang kebijakan pemerintah pada saat itu, yakni mengimpor obat bius berupa opium dari Inggris. Lin menganggap perdagangan opium merugikan keuangan negara dan menyebabkan banyak orang menderita ketergantungan.

Kaisar Daoguang pun akhirnya menerima desakan dari Lin untuk menghentikan perdagangan opium dengan Inggris. Saat ia dipanggil menghadap ke istana, Lin menegaskan bahwa perdagangan opium harus dilarang karena konsumsinya menghabiskan kekayaan negara.

Selanjutnya, Lin diberikan kepercayaan sebagai komisaris tertinggi dalam misi penumpasan segala bentuk perdagangan opium pada saat itu. Dirinya mendapat berbagai macam tentangan dari pedagang-pedagang Inggris dan beberapa pedagang opium lokal. Namun, Lin tetap pada pendiriannya bahwa perdagangan opium harus ditumpas habis hingga ke akar-akarnya.

Perjuangan Lin mencapai puncaknya pada tanggal 3 Juni 1839, dimana berpeti-peti opium akhirnya dimusnahkan di Pantai Humen, Guangdong dan disaksikan langsung oleh masyarakat. Riuh dan gegap gempita turut menyertai “kemenangan” melawan perdagangan opium yang selama ini dianggap meresahkan.

Semoga perjuangan dalam melawan penyalahgunaan dan peredaran narkoba secara terlarang terus digalakkan kepada masyarakat, mengingat dampak negatif yang muncul setelahnya. Generasi muda pun diharapkan turut berpartisipasi dalam menanggulangi masalah ini. Say no to Narkoba!

Dikutip dari Kompas & berbagai sumber.

Peliput : Satria Pratama

Editor : Ira

#peristiwanews

Related posts

Leave a Reply

Required fields are marked *