Sastra dan Budaya

Hati-Hati ‘Kapuhunan’, Inilah Kalimantan! 

peristiwa.info – Istilah ‘Kapuhunan’ tentunya sudah tidak asing lagi bagi Masyarakat Banjar. Kapuhunan berarti kesialan atau musibah karena tidak memakan makanan yang ditawarkan, atau apabila tidak sempat makan sesuatu yang sudah diinginkan dan dihidangkan.

Lantas, mengapa ‘kapuhunan’ ini masih melekat erat dengan Masyarakat Banjar hingga saat ini?Dalam penelitian yang dilakukan oleh Faisal dan Ariani (Persepsi Masyarakat Banjar Terhadap Kapuhunan, 2018) menjelaskan bahwa Masyarakat Banjar sangat meyakini, ketika seseorang tidak makan atau menyantap makanan yang telah disediakan, maka orang itu akan mendapatkan musibah atau kecelakaan. Beragam bentuk kapuhunan yang akan diterima misalnya seperti tersandung, jatuh hingga kecelakaan fatal lainnya.

Meutya Az Zahra, salah seorang mahasiswa ULM berbagi pengalamannya tentang kapuhunan, “Dulu waktu sekolah pernah kapuhunan. Jadi pagi itu buru-buru ke sekolah karena udah mepet jam masuk, sempet ditawari orang tua buat makan terlebih dahulu tapi ditolak gitu aja dan langsung pamitan. Pas di jalan lumayan was was karena menolak makanan tadi yang membuat tidak fokus di jalan dan oleng sendiri. Jadilah kecelakaan tunggal. Nah, sejak saat itu mulai percaya kalo ada yang namanya kepuhunan,” paparnya.

Akibat keyakinan akan mitos tentang kapuhunan ini dapat membuat seseorang bersikap mudah merasa cemas, was-was, dan takut ketika menyadari telah terlupa makan atau minum yang telah ditawarkan, sehingga orang tersebut tidak fokus yang menyebabkan terjadinya musibah. Hal ini diperkuat dengan kepercayaan turun-temurun sejak dahulu dan pengalaman yang kemudian menjadi budaya oleh Masyarakat Banjar. Oleh sebab itu berdasarkan pendapat masyarakat setempat, ada baiknya untuk mencicipi makanan yang telah dihidangkan walau hanya sedikit.

Peliput: Heka Milyanti

Editor: Andini Saudin Nabilla

Related posts

Leave a Reply

Required fields are marked *